Tapir Sumatera

Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Perissodactyla
Famili : Tapiridae
Genus : Tapirus
Spesies : T. Indicus

Tapir Sumatera merupakan hewan penyendiri, menandai jalur-jalur besar di darat sebagai teritori atau daerah kekuasaannya, meski daerah ini biasanya bertumpang tindih dengan daerah kekuasaan individu lain. Tapir menandai teritorinya dengan mengencingi tetumbuhan dan mereka sering mengikuti jalur lain dari yang telah mereka buat yang telah ditumbuhi tumbuhan. Binatang ini vegetarian, ia mencari makan berupa umbi empuk dan daun-daunan dari lebih dari 115 jenis tumbuhan (ada kira-kira 30 yang terutama disukainya), bergerak lambat di hutan dan berhenti untuk makan dan memperhatikan bau yang ditinggalkan tapir lain di daerah itu.  Akan tetapi, bila merasa terancam, tapir dapat lari dengan cepat meskipun bertubuh besar, dan mereka juga dapat membela diri dengan rahang kuat serta gigi tajamnya.

Ancaman utama terhadap Tapir adalah hilangnya habitat. Sebagian besar habitat yang mereka perlukan telah hilang dan berubah menjadi perkebunan kelapa sawit di Sumatera. Masih sangat sedikit informasi mengenai ukuran populasi Tapir, namun diperkirkan bahwa populasinya telah berkurang lebih dari 50% dalam 36 tahun terakhir.

Nama ilmiahnya indicus merujuk pada Hindia Timur, yaitu habitat alami jenis ini. Di Sumatera tapir umumnya disebut tenuk or seladang, gindol, babi alu, kuda ayer, kuda rimbu, kuda arau, marba, cipan, dan sipan.

Tapir (Tapirus indicus):
Adalah jenis hewan herbifora yaitu hewan pemakan daun-daun muda dan tumbuhan-tumbuhan bawah di hutan hujan primer pada vegetasi yang padat pinggiran hutan atau disepanjang pinggiran sungai. Dari ciri morfologinya Tapir adalah hewan yang unik. Penyebaran populasi Tapir yaitu Asia Tenggara, sebelah selatan Myanmar sepanjang batas menuju selatan – barat Thailand, Semenanjung Malaya dan Sumatera. Tinggi Tapir mencapai ± 100 cm, panjang badan mencapai 250 cm dan berat mencapai 260 kg – 375 kg. Umur Tapir hidup dialam bebas dengan kondisi alam/ habitat yang baik bisa mencapai 30 tahun.

Tapir memiliki  ciri khas yaitu bentuk hidungnya yang memanjang mirip dengan belalai pada Gajah, tetapi pada tapir tentu saja lebih pendek. Hidung ini didekatkan ditanah jika Tapir berjalan. Tapir juga memiliki keunikan pada warna tubuhnya dimana bagian depan tubuh dari bagian kepala, leher dan kaki berwarna hitam, sedangkan bagian belakangnya berwarna putih.

Selain memiliki keunikan pada warna tubuh, tapir mempunyai keunikan tersendiri pada jumlah jemari kaki. Pada kaki depan tapir memiliki empat jari sedangkan pada kaki belakang hanya tiga. Jejak kaki tapir ini sangat mirip dengan badak Sumatera, kecuali bentuk kuku yang lebih runcing. Jejak kaki depan individu dewasa berkisar antara 155 – 220 mm (panjang) dan 139 – 240 mm (lebar). Sedangkan kaki belakang berukuran 127 – 220 mm (panjang) dan 113 – 180 mm (lebar). Bentuk tubuh yang membulat dan kaki depan yang lebih pendek, memungkinkan tapir untuk berlari dengan cepat diantara rerimbunan semak. Selain itu, tapir mempunyai kemampuan untuk berenang dan menyelam dalam air untuk waktu yang lama.

Habitat, Pemangsa dan Kerentanan

Dahulu, tapir dapat ditemukan diseluruh hutan hujan dataran rendah. Namun populasinya menurun tahun-tahun belakangan ini, dan seperti jenis-jenis tapir lainnya juga terancam kepunahan. Karena ukurannya, tapir memiliki sedikit pemangsa alami, bahkan tapir jarang dimangsa oleh harimau. Ancaman utama bagi tapir adalah kegiatan manusia termasuk penebangan hutan untuk pertanian, banjir akibat dibendungnya sungai untuk membuat pembangkit listrik tenaga air, dan perdagangan illegal. Di daerah seperti Sumatra, dimana populasinya kebanyakan Muslim, tapir jarang diburu untuk dimakan karena kemiripan tubuhnya dengan babi membuat daging tapir tabu, namun di beberapa daerah mereka diburu untuk olahraga atau tidak sengaja tertembak karena dikira binatang lain. Karena perburuan liar dan habitatnya yang semakin berkurang akibat pembukaan hutan secara liar, mengakibatkan hewan ini tergolong langka

Suaka Margasatwa (SM) Dolok Surungan ditunjuk menjadi kawasan konservasi sebagai salah satu kawasan penting perlindungan tapir (Tapirus indicus) dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan (Republik Indonesia) No. 43/Kpts/Um/1974. Meskipun tidak ‘setenar’ harimau sumatera, mawas, badak, atau gajah, tetapi tapir tetap merupakan salah satu satwa yang dilindungi kebanggaan Indonesia. Dengan status dalam daftar merah IUCN 2008 sebagai satwa yang berkategori Endangered (sama dengan harimau sumatera) sebenarnya sangat cukup alasan bagi kita semua untuk mengambil perhatian yang lebih serius bagi perlindungan tapir.

SM Dolok Surungan sebenarnya merupakan sebuah wilayah perlindungan ‘eksklusif’ bagi tapir. Sebab, bila biasanya kawasan-kawasan konservasi lain di Sumatera Utara ditunjuk untuk perlindungan beberapa satwa, maka dalam SK penunjukkan SM Dolok Surungan hanya tapir yang menjadi tujuan utama perlindungan kawasan ini.

Tapir tumbuh hingga sepanjang 1,8 sampai 2,4 mdan 8 kaki), tinggi 90 sampai 107 cm (3 sampai 3,5 kaki), dengan biasanya 250 sampai 320 kg (550 dan 700 pon), meskipun berat mereka dapat mencapai 500 kg (1.100 pon). Tapir betina biasanya lebih besar daripada tapir jantan. Seperti jenis tapir lain ekornya pendek gemuk serta belalai yang panjang dan lentur.Di tiap kaki depanya terdapat empat kuku dan di tiap kaki belakangnya ada tiga kuku. Indera penglihatan tapir Asia agak buruk namun indera pendengarannya dan penciuman tajam.

1 Komentar

  1. […] Tapir Sumatera November 2009 4 […]


Comments RSS TrackBack Identifier URI

Tinggalkan komentar